Pages

Kamis, 27 November 2014




Peta Desa Ngasinan


Struktur Desa 
 
Desa Ngasinan terbagi menjadi 6 Dusun dengan 20 Ketua RT, 6 Ketua RW, 6 Kepala Dusun dan 5 Kepala Urusan. Berikut daftar keseluruhan aparat Pemerintahan Desa Ngasinan :
No
Nama
L/P
Tempat Lahir
Tanggal Lahir
Jabatan
SK Pengangkatan
1
M. Hamron Rosadi
L
Purworejo

Kepala Desa

2
Dyan
L
Purworejo

Sekretaris Desa

3
Andriawan
L
Purworejo

Kaur Pemerintahan

4
Niryo Suwito
L
Purworejo

Kaur Pembangunan

5
Turijan
L
Purworejo

Kaur Kesra

6
Sujiyanto
L
Purworejo

Kaur Keuangan

7
Eko Budi Siswanto
L
Kulon Progo

Kaur Umum

8
Suharno
L
Purworejo

Kadus I

9
Surip
L
Purworejo

Kadus II

10
Trimono
L
Purworejo

Kadus III

11
Agus Wahyudi
L
Purworejo

Kadus IV

12
Slamet Riyadi
L
Purworejo

Kadus V

13
Irpan
L
Purworejo

Kadus VI



 

Desa Ngasinan terletak ke arah Barat Laut dari Kantor Kecamatan bener adalah daerah pegunungan dengan ketingian sekitar 650 dpl. Berbatasan langsung dengan kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang. Mata Pencaharian penduduk sebagian besar adalah sebagai petani.

 




 

Kayu albasia merupakan salah satu tanaman yang cocok tumbuh di Desa Ngasinan Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Sebagai besar penduduknya menanam tanaman albasia untuk lahan yang kurang produktif. Semisal menggantikan tanaman bambu, atau salak.

Dengan pertumbuhan tanaman yang cepat dan harga yang stabil, menanam pohon albasia merupakan harapan bagi masyarakat untuk lebih mendapatkan manfaat dari lahan. Tanaman albasia sudah dapat menghasilkan kayu yang cukup baik hanya dalam kurun waktu 5 tahun, berbeda dengan pohon mahoni atau sejenisnya yang puluhan tahu baru dapat dijual.

Untuk penjualan kayu, masyarakat tidak susah, cukup menawarkan kepada pemilik usaha yang ada di Desa Ngasinan atau desa terdekat, dan juga kepada perusahaan pengolahan kayu. Di Desa Ngasinan sendiri terdapat Penggergajian Kayu di Dusun Kedondong.

Hasil hutan lainnya yang ada di Desa Ngasinan diantaranya : kayu Mahoni, Glugu (Pohon Kelapa), Waru, Bambu, dan lain sebagainya.



Gula jawa merupakan bahan makanan berwarna coklat dan memiliki rasa yang manis. Bisa terbuat dari lira pohon kelapa maupun enau (aren).

Di
Desa Ngasinan membuat gula jawa merupakan pekerjaan pokok sebagaian warga. Rata-rata warga pembuat gula jawa memiliki 5 sampai 40 batang pohon kelapa. Dan hasil olahan dari lira menjadi gula bisa di dapat 2 - 5 Kg gula jawa per hari. Dan dari hasil ini misal dirata-rata setiap warga pemproduksi gula jawa dapat 2 Kg/hari/orang maka dalam sebulan dapat menghasikan sekitar 3 ton Gula Jawa.

Merupakan sebuah peluang besar apabila warga memiliki kelompok usaha Gula gula jawa dan memiliki kerja sama dengan perusahaan/pabrik yang dalam produksinya membutuhkan gula jawa.

Di Desa Ngasinan Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo ini pengolahan lira menjadi Gula Jawa / Gula Merah tersebar di enam dusun, yaitu Dusun Banaran, Dusun Kedondong, Dusun Pesanggrahan, Dusun Jumbleng, Dusun Krajan dan Dusun Pencar. Namun untuk produksi terbanyak yaitu di Dusun Kedondong dan Dusun Pesanggrahan. Dengan rata-rata pemilih usaha ini memiliki lebih dari 10 pohon penghasil lira untuk dipanjat setiap harinya.
 


Semangat warga Desa Ngasinan dalam kegiatan gotong royong dalam segala kegiatan, merupakan penyemangat yang luar biasa untuk Pemerintah Desa Ngasinan untuk mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat dalam berbagai bidang. Pembangunan, Pertanian, Keagamaan, dan lain sebagainya.





 

Guna meningkatkan sarana prasarana desa khususnya jalan dan jembatan yang merupakan salah satu program pembangunan desa. Pemerintah Desa Ngasinan berupaya mewujudkan harapan masyarakat dalam hal ini.

Pembangunan jembatan ini bertujuan untuk memudahkan akses masyarakat menuju area persawahan dan pemakaman. 



KESENIAN DARI DESA NGASINAN TAMPIL DI MOZAIK BUDAYA 2009-SURAKARTA

Bertempat di Bakorwil II Surakarta pada tanggal 27-28 Juni 2009 diadakan kegiatan Mozaik Budaya yang mana didalamnya dilaksanakan Gelar Seni Budaya dan Pameran Potensi Daerah se-Bakorwil II Surakarta. Kegiatan tersebut diikuti oleh semua Kabupaten/Kota se – Bakorwil II (eks Karesidenan Surakarta dan Kedu).
Untuk pementasan Gelar Seni Budaya, Kabupaten Purworejo menampilkan Organisasi Kesenian “Campursari Ngudi Utomo” dari Desa Ngasinan Kecamatan Bener pimpinan Bapak Sukirman. Jenis kesenian yang ditampilkan adalah kesenian Warokan, yaitu tarian yang mengambil setting cerita warok jaman dahulu. Kesenian ini mengadakan pentas pada hari Minggu tanggal 28 Juni 2009 antara pukul 15.00 – 16.30 WIB, yang secara kebetulan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan Solo Batik Carnival 2009.
Dalam pementasannya kesenian ini mendapatkan apresiasi dan sambutan luar biasa dari penonton yang berkunjung di acara Mozaik Budaya.
Kepala Desa Ngasinan Hamron Rosadi, dalam kegiatan tersebut menyatakan berterima kasih atas penunjukkan grup kesenian desanya, dan berharap di masa yang akan datang pemberian kesempatan tampil seperti ini akan dapat meningkatkan eksistensi grup dan menjadi momen yang baik bagi perkembangan grup itu sendiri.

Kesenian Warok


Warok merupakan salah satu kesenian tradisional yang dikembangkan di Desa Ngasinan tepatnya di Dusun Kedondong. Foto di atas adalah Anggota Kesenian Warok beserta Kepala Desa Ngasinan pada Mozaik Budaya 2009 di Surakarta.
Kesenian Warok diketuai oleh Bapak Kirman dengan anggotanya adalah muda mudi Dusun Kedondong Desa Ngasinan Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
Dalam lomba kesenian Warok Kedondong pernah menjadi juara I tingkat kecamatan dan juara III tingkat kabupaten. 



Kesenian warok adalah sebuah kesenian tradisional yang merupaka salah satu kekayaan budaya yang di miliki bangsa Indonesia khususnya di dusun kedondong Desa Ngasinan Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Kesenian ini merupakan ini berdiri atas dasar pemikiran untuk melestarikan budaya jawa. karena dari pengalaman bahwa suatu budaya apabila tidak di lestarikan maka tidak tertutup kemungkinan akan mengakibatkan pudarnya budaya itu sendiri. kesenian warok yang ada di Desa Ngasinan ini berdiri di dusun Kedondong tepatnya di Rt 03 Rw 02. Meskipun kesenian ini hanyalah pengembngan dari kesenian yang memang sudah ada sejak awalnya namun saat sekarang ini image warok sudah melekat dalam kelompok kesenian ini yang tadinya hanya ada kesenian toyak dan kuda lumping. kesenian ini di ketuan oleh Bapak Kirman yang beralamat juga di Dusun Kedondong. dalam perjalannnya kesenian ini sudah membuktikan ke eksisannya, dalam perlombaan seni dan Budaya kesenian ini pernah menjadi juara I tingkat Kecamatan Bener dan menjadi Juara III Tingkat Kabupaten Purworejo.
dalam kesenian Warok ini banyak terdapat tarian-tarian lain yang melibatkan muda mudi yang turut berpartisipasi sebagai anggota Kesenian ini diantaranya ada tarian Dawet ayu, Kinayakan, kuda lumping putri dan masih banyak lainnya.


Kesenian Cekok Mondhol

Kesenian Cekok Mondhol merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang bernunansa keagamaan Islam. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di Desa Ngasinan Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Letak desa ini di daerah pegunungan, perbatasan Kabupaten Purworejo dengan Kabupaten Wonosobo. Berawal dari ide sekelompok pemuda desa, komunitas pengajian untuk membentuk grup kesenian yang bisa dijadikan hiburan sekaligus tuntunan. Gerak, lagu dan syairnya serta musik iringannya hasil adaptasi dari kesenian yang ada di daerah Magelang yaitu Kubro Siswo yang kemudian dimodifikasi dengan hasil kreativitas para pemuda setempat, dipelopori oleh pemuda yang bernama Purwadi sekitar tahun 1970-an.
”Cekok” adalah istilah Jawa yang memiliki arti memasukkan jamu atau obat ke mulut yang berguna untuk kesehatan tubuh. ”Mondhol” juga istilah Jawa yang artinya bungkusan kain yang diikat. Relevan dengan syair lagu yang berisi nasehat keagamaan Islam, hidup bernegara dan bermasyarakat, maka harapannya nasehat yang diberikan tersebut disimpan untuk dijadikan tuntunan hidup, hal ini dapat dilihat dari simbol yang ada pada kostum mereka yaitu blangkon yang terdapat mondholannya.
Gerak tarinya energik dengan dominasi gerak kaki. Ditarikan oleh kaum laki-laki karena banyak hentakan kaki. Kostum yang dipakai adalah surjan lengkap dengan celana komprang, kain batik, lontong, kamus (sabuk), blangkon yang terdapat mondholannya. Alat musiknya terdiri dari kenthongan sejumlah 3 buah, ketipung sejumlah 4 buah yang terbentuk dalam 1 set, bedhug sejumlah 1 buah dan tamborin sejumlah 1 buah. Kesenian ini sering ditampilkan pada acara-acara yang diselenggarakan oleh desa setempat dan sekitarnya, juga orang yang punya hajatan dan pada festival kesenian rakyat.

Gebleg Ngasinan


Geblek merupakan salah satu makanan tradisional kota Purworejo. Makanan ini dibuat dari tepung singkong, bentuknya seperti cincin. Kenyal, alot dan gurih rasanya. Hal, hal inilah yang membuat orang merasa ingin mencicipinya kembali.
Banyak sekali di temui warung-warung yang jualan Geblek Bumbu di daerah Purworejo, dan di sini saya akan memperkenalkan salah satu warung yang jualan Geblek Bumbu beserta gorengan lainnya, bahkan jika kalian mau menginginkan ikan kecil- kecil atau udang goreng di warung tersebut juga menyediakan.

Di dalam gubug kecil, tampak dua orang ibu – ibu sebut saja Ibu A dan Ibu M, dan di sini mereka dengan asiknya lagi menggoreng geblek bumbu dan kue-kue lain nya. Gubug kecil yang berada persis dipinggir jalan — jalan menghubungkan Purworejo dengan Bagelen — Desa Piji ini memang terlihat sepi. Lebih tepatnya berada di sebelah selatan jembatan Ngasinan, sebelum pertigaan jalan masuk ke Dukuh Jalatunda, Desa Piji, Bagelen. Sehingga banyak masyarakat lebih mengenal geblek Ngasinan.

Penjual geblek biasanya berjualan di sore atau malam hari, lebih-lebih kalau ada keramaian seperti campursari, wayangan atau yang lain. Tapi jangan khawatir, kalau Anda ingin mencari di pagi hari, tetep ada. Kalau pagi biasanya penjual geblek berjualan di pasar desa atau pasar tradisional.
Warung gubug kecil mungil yang tampak pada gambar tersebut, tampak masih sepi karena pembeli belum banyak yang datang. Tapi jangan di kira ini warung jualannya tidak laku.
Memang tampak kelihatan sepi tapi yang berdatangan untuk membeli geblek tidak henti-henti silih berganti. Saya coba membeli setelah bepergian dari Bagelen, dan sampai rumah ternyata diserbu beramai-ramai dan langsung cepat habis….
Pikir saya karena mereka pada kelaperan sehingga gebleknya cepet habis, tapi setelah saya tanya satu persatu ternyata rasanya khas banget.., enak.

Dan setelah saya merasakan gebleknya ternyata memang enak sekali hehehehe. Saya coba balik ke tempat itu lagi kurang lebih sore hari jam 17:00 ternyata sudah habis. Terpaksa pulang dengan membeli gorengan lainnya dari pada tidak dapat apa-apa.









Pekan Olah Raga Desa

Desa Ngasinan, Bener, Purworejo merupakan salah satu di antara daerah-daerah yang memiliki potensi besar dalam bidang Olah Raga. Hal itu di buktikan dengan adanya semangat pembuatan – pembuatan lapangan Olah Raga dengan dana sukarela tanpa bantuan pemerintah.
          Dengan latar belakang pemikiran di atas, maka pada suasana semangat berolahraga. Maka dengan ini Karang Taruna Desa Ngasinan menyelenggarakan kegiatan tahunan yaitu berupa PEKAN OLAH RAGA DESA ( PORDES ), di mana kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dukungan serta memberikan wadah untuk menunjukan pontesi yang di miliki khususnya dalam bidang keolahragaan. 


"Video Tentang Kegiatan Desa"